Wednesday 23 March 2011

Pabrik Pendidikan

UII-Jurnal-Unisia-Zamroni
Pendidikan adalah sebuah istilah yang sangat umum didengar oleh telinga kita, adapun istilah pendidikan menurut etimologi (bahasa) memiliki beberapa pengertian antara lain :
Bahasa Arab : berasal dari kata Tarbiyah, dengan kata kerja Rabba yang memiliki makna mendidik atau mengasuh. Jadi Pendidikan dalam Islam adalah Bimbingan oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani, rohani dan akal anak didik sehingga bisa terbentuk pribadi muslim yang baik.
Bahasa Yunani : berasal dari kata Pedagogi, yaitu dari kata “paid” artinya anak dan “agogos” artinya membimbing. Itulah sebabnya istilah pedagogi dapat diartikan sebagai “ilmu dan seni mengajar anak (the art and science of teaching children)
Sementara menurut  UU SISDIKNAS no. 20 tahun 2003,  Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, artinya dalam prosesnya,  pendidikan berjalan secara berkesinambungan ,sudah barang tentu ini adalah teori pendidikan modern, karena pada jaman dahulu kala, pendidikan hanya berfokus pada keinginan untuk “mencari ilmu” dan bagaimana cara mendapatkan nya, yang kemudian berkembang dengan mulai dikenal nya sistem ijazah dimana sang murid diperbolehkan mengajar apa yang di ajarkan oleh sang guru, dan seterusnya hingga dikenal sebagai sebuah rangkaian pendidikan yang terukur pada jaman sekarang ini , dengan sistem evaluasi penilaian, baik itu tingkat sekolah, regional, maupun tingkat nasional.
Melalui pendidikan juga diharapkan peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasa ahlak mulia dan keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Terdapat beberapa poin penting antara lain keagamaan dan keterampilan, dua jenis kemampuan yang sebenarnya bila kita evaluasi, sangat jauh dari cukup porsi nya dalam sistem pendidikan nasional.
Plato sangat menekankan pendidikan untuk mewujudkan negara idealnya. Ia mengatakan bahwa tugas pendidikan adalah membebaskan dan memperbaharui; lepas dari belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Artinya ada visi yang hendak diraih melalui pendidikan, sudah barang tentu setiap pendidikan harus terikat erat dengan identitas bangsa yang bersangkutan, pada praktisnya pendidikan di Indonesia sangat banyak sekali meniru comot sana sini sehingga identitas nya samar,  dalam beberapa teori disebutkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia yang berkembang sekarang adalah untuk memenuhi kebutuhan kapitalis, maksudnya adalah pendidikan harus mampu memenuhi kebutuhan tenaga kerja bagi para pemilik modal dan berbagai sistem yang menunjangnya, Oleh karena nya banyak bermunculan sekolah dan perguruan perguruan tinggi yang fokus utama nya bukanlah menyelenggarakan pendidikan seperti di maksud diatas, akan tetapi untuk bisa meraih siswa (mahasiswa)  sebanyak banyak nya, fokus nya jelas, yaitu keutungan bagi pemilik modal.
Aristoteles mempunyai tujuan pendidikan yang mirip dengan Plato, tetapi ia mengaitkannya dengan tujuan negara. Ia mengatakan bahwa tujuan pendidikan haruslah sama dengan tujuan akhir dari pembentukan negara yang harus sama pula dengan sasaran utama pembuatan dan penyusunan hukum serta harus pula sama dengan tujuan utama konstitusi, yaitu kehidupan yang baik dan yang berbahagia (eudaimonia). Adapun tujuan pendidikan menurut negara kita adalah,  UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Artinya adalah negara memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional, yang dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat.

Industrialisasi Pendidikan
Industrialisasi pendidikan di Indonesia sebenarnya bukanlah hal yang baru, terutama dalam penyelenggaran pendidikan tinggi,  dalam sebuah perdebatan di WTO (World Trade Organization) pendidikan menjadi salah satu komoditas utama yang diperdagangkan, hal ini semakin memperkokoh institusi pendidikan sebagai sebuah industri, ironis nya lagi negara kita tidak memiliki antisipasi mengenai wacana yang mengglobal dalam pendidikan internasional.
Seiring dengan kondisi di atas, bisnis pendidikan kini bagaikan jamur di musim hujan, proses perizinan pendirian sekolah dan pendidikan tinggi semakin dipermudah, yang pada akhirnya mengabaikan kulaitas dari pendidikan itu sendiri.  Bisnis pendidikan memang sangat menjanjikan, dengan iming-iming kemudahan mendapatkan pekerjaan dan perbaikan kualitas hidup dan mengedepankan ideologi-ideologi pendidikan, biasa nya penyelenggara pendidikan dapat dengan mudah menjaring calon siswa (mahasiswa) nya, tujuan utamanya jelas yaitu materi atau uang, akan tetapi di kemas dengan sangat rapi oleh penyelenggara pendidikan bahwa tujuan utamanya adalah kualitas, ini adalah jargon yang sangat umum di usung oleh berbagai penyelenggara pendidikan.
Fokus utama dari penyelenggaraan pendidikan terutama pendidikan tinggi di Indonesia saat ini adalah untuk meraih siswa (mahasiswa) sebanyak-banyak nya, maka pendidikan tidak ada ubah nya, hanya seperti mesin penghasil lulusan. Adapun dampaknya menyebabkan pendidikan semakin mahal pendidikan hingga sulit dijangkau oleh lapisan masyarakat bawah, dan untuk lulusan perguran tinggi menyebabkan tingginya tingkat pengangguran lulusan, mengapa demikian..? karena fokus utama dan penyelenggaraan pendidikan adalah untuk mencari keuntungan yang sebanyak-banyak itu tadi, sehingga tidak diperhitungkan faktor-faktor seperti kebutuhan tenaga kerja,  kualitas, dan juga proses belajar mengajar yang baik.



Tabel tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan tertingi. Sumber: Badan Pusat Statistik

Logika link and match antara pendidikan dan dunia kerja biasanya membuai masyarakat dan semakin deras menjangkiti pola pikir masyarakat kita. Akibat semakin menguatnya liberalisasi, hampir semua orang ”dipaksa” untuk turut serta memenuhi kebutuhan pasar. Ini artinya filsafat pendidikan pada akhirnya tidak bisa dipisahkan dari filsafat kebudayaan yang lebih luas di mana pendidikan menjadi bagian yang mencerminkan arus besar yang melingkupinya (Kleden, 1996:11).  Perbandingan sebenarnya kebutuhan antara tenaga kerja dan lulusan sudah sedemikain jenuhnya ini terbukti dengan tingginya tingkat pengangguran lulusan perguruan tinggi yang mencapai 14.24 % untuk pengangguran terbuka, hal ini berdampak pada semakin menumpuknya jumlah pengangguran  bergelar, dampak yang tidak disadari dari industrialisasi dan liberalisasi pendidikan ini adalah semakin jauhnya cita-cita dari pendidikan itu sendiri.

No comments:

Post a Comment

Repositori Institusional Di Perguruan Tinggi

Oleh : Riki Nuryadin riki.nuryadin@upi.edu riki.nuryadin@gmail.com Abstrak: Institusional repositori adalah sebuah wadah o...